Dalam wawancara bersama saluran Audi Spanyol yang juga melibatkan pembalap Formula 1, Carlos Sainz, Marc Márquez membagikan pandangan tentang pentingnya mendapatkan masukan yang jujur dalam proses beradaptasi dengan timnya yang baru, Ducati.
Setelah hengkang dari Repsol Honda, Márquez menghadapi tantangan besar dalam karirnya sambil menyesuaikan diri dengan motor dan tim baru di Ducati.
Márquez menjelaskan bahwa setelah 11 tahun bersama Honda, berpindah ke motor yang sepenuhnya berbeda bukanlah perkara mudah, bahkan jika itu adalah motor terbaik di grid. “Ketika Anda telah mengendarai tipe motor yang sama selama lebih dari sepuluh tahun, ada kebiasaan tertentu yang harus Anda tinggalkan dan beradaptasi terlebih dahulu dengan motor baru sebelum memperbaiki detail kecil,” ungkap Márquez.
Lebih lanjut, Márquez menyoroti pentingnya mendapatkan masukan yang konstruktif dari tim teknis. “Saya di sini untuk berkontribusi, jika saya melakukan kesalahan, teknisi harus memberitahuku. Mereka tidak bisa hanya menghormati saya dan tidak mengatakan apa-apa. Jika, misalnya, saya perlu masuk lebih cepat ke tikungan atau saya melakukan sesuatu yang salah, mereka harus memberitahuku,” kata Márquez dengan tegas.
Pembalap yang telah meraih delapan kali juara dunia ini juga menyoroti bagaimana aerodinamika dalam MotoGP, meskipun memberikan kestabilan dan kecepatan tambahan pada motor, dapat menyulitkan dari sudut pandang penggemar, terutama pada saat mengejar motor lain, yang dapat menyebabkan masalah pemanasan ban dan tekanan tinggi yang tidak memungkinkan pengereman yang sama efektifnya karena berkurangnya downforce.
Ditanya tentang potensi pemikirannya untuk pensiun menyusul serangkaian cedera yang dialami sejak 2020, Márquez menegaskan bahwa ia tetap memiliki semangat yang berkobar untuk balapan. “Saya memikirkannya, tetapi setiap kali saya pulih dari cedera, saya merasa ingin berkendara dan saya tidak bisa membayangkan hidup tanpa motor, tanpa adrenalin, jadi saya pikir masih ada waktu,” jelas Márquez.
Márquez menutup wawancara dengan menyatakan kebanggaannya akan saudaranya, Álex, yang juga merupakan pembalap di MotoGP, dan menyampaikan bagaimana perasaannya ketika saudaranya hampir menyalipnya dalam sebuah balapan. “Saya bangga saudara saya adalah mitra saya, tetapi dia adalah pesaing pertama karena dia memiliki persenjataan yang sama seperti saya,” tutup Márquez.
Pernyataan Márquez dalam wawancara ini menyoroti pentingnya komunikasi dan tingkat kejujuran dalam sebuah tim untuk mencapai kesuksesan di tingkat tertinggi balap MotoGP, serta penerimaan terhadap pembelajaran dan perkembangan berkelanjutan dalam karir seorang atlet.