Pembalap Indonesia, Veda Ega Pratama, harus berjuang keras untuk finis kedelapan dalam balapan pertama Red Bull Rookies Cup 2024 di Sirkuit Misano, Rimini, Italia, pada Sabtu (7/9/2024). Seri ini menjadi babak terakhir dalam musim kompetisi yang berlangsung sangat ketat.
Balapan sepanjang 15 lap ini menyajikan persaingan ketat, dengan setidaknya 10 pembalap bersaing dalam grup yang sangat rapat pada paruh kedua balapan. Veda, yang memulai balapan dari posisi ke-10, berhasil memperbaiki posisinya dan naik ke posisi keenam setelah start, menunjukkan performa yang menjanjikan.
Namun, beberapa kendala di lap-lap berikutnya membuatnya turun ke posisi kedelapan. Meskipun begitu, Veda tetap konsisten dan terus bersaing dalam grup terdepan hingga akhir balapan. Pada lap terakhir, ia berhasil menghindari insiden mengerikan yang melibatkan Maximo Quiles, yang mengalami highside saat bersaing untuk posisi pertama.
Veda akhirnya finis di posisi kesembilan, tetapi naik satu posisi ke urutan kedelapan setelah penalti waktu yang diberikan kepada Guido Pini.
Di musim pertamanya di Red Bull Rookies Cup, Veda menunjukkan konsistensi yang baik. Dalam 13 balapan, ia hanya empat kali finis di luar posisi 10 besar, dengan dua di antaranya gagal finis. Saat ini, Veda menempati peringkat kedelapan di klasemen sementara dengan 99 poin, terpaut 115 poin dari pemuncak klasemen, Brian Uriarte.
Sorotan terhadap Persaingan Ketat di Red Bull Rookies Cup
Persaingan ketat di Red Bull Rookies Cup kembali mendapat sorotan karena risiko besar yang muncul, terutama setelah beberapa insiden fatal pada 2021 yang melibatkan pembalap muda. Di ajang ini, semua pembalap menggunakan motor yang sama, KTM RC 250 R, sehingga perbedaan performa sangat tipis dan sering memicu aksi slipstream.
Jurnalis MotoGP kenamaan, Simon Patterson, juga memberikan kritik terkait persaingan yang dianggap terlalu ketat ini. Menurutnya, perlu ada upaya untuk membuat para pembalap lebih menonjol satu sama lain, sehingga persaingan menjadi lebih merata.
Meskipun begitu, Veda Ega Pratama tetap menunjukkan performa yang solid dan terus belajar di musim pertamanya di Eropa, di mana semua trek adalah baru baginya.