Davide Brivio Bicara Kedekatan F1 dan MotoGP Serta Transisi Kembali ke Balap Sepeda Motor

Davide Brivio, sosok yang dikenal atas kontribusinya di MotoGP, baru-baru ini berbicara mengenai pengalamannya selama satu musim di Formula 1 dan kembalinya dia ke MotoGP melalui tim satelit Aprilia, Trackhouse.

Dalam wawancara eksklusif, Brivio memaparkan visinya tentang kedekatan antara F1 dan MotoGP, serta tantangan dan inovasi yang ditawarkan oleh kedua dunia balap tersebut.

Brivio menjelaskan bahwa keputusan untuk meninggalkan F1 dan kembali ke MotoGP datang sebagai suatu kebetulan yang beruntung. “Pada Desember 2023, saya memutuskan untuk meninggalkan F1 karena saya merasa bahwa itu tidak sesuai dengan apa yang saya cari pada saat itu. Saya berpikir tentang MotoGP dan ketika saya bebas, muncul peluang,” kata Brivio.

Panggilan dari Justin Marks, pemilik Trackhouse Aprilia, tidak lama kemudian mendorongnya kembali ke MotoGP. “Justin mengajak saya untuk bergabung dan mengatakan bahwa dia ingin saya memimpin tim. Saya sangat terkesan dengan apa yang ada di Trackhouse dan saya menyukai proyeknya. Saya senang,” tambah Brivio.

Mengenai perbandingannya antara F1 dan MotoGP, Brivio menyatakan bahwa meskipun tim F1 memiliki struktur yang jauh lebih besar dibandingkan dengan tim MotoGP, prinsip-prinsip dasarnya cukup serupa. “Idee yang saya temukan di F1, beberapa di antaranya kami ingin implementasikan tapi tidak tahu caranya, membuka wawasan baru bagi saya,” jelas Brivio.

Pengalaman di F1 membawa beberapa inovasi dalam cara pandang Brivio terhadap aerodinamika, area di mana Aprilia adalah pelopor. “Ducati memang yang pertama mengerti pentingnya aerodinamika dan mengembangkannya, diikuti Aprilia dan KTM,” katanya.

Menyoal status tim Trackhouse sebagai tim independen, Brivio menegaskan bahwa tidak ada perbedaan besar antara tim satelit dan tim pabrikan, kecuali masalah anggaran. “Kita mempunyai mimpi, ambisi. Kami ingin menjadi salah satu tim independen terbaik, dan saya tidak melihat alasan tim independen tidak bisa beroperasi seperti tim pabrikan.”

Pendekatan ini bukan tanpa tantangan, tetapi Brivio yakin perbedaan antara tim pabrikan dan independen semakin menipis, terutama dengan dukungan teknologi dan sumber daya yang tepat. Tujuannya jelas, Trackhouse ingin berkompetisi di tingkat tertinggi, mengultivasi talenta unggul seperti Raúl Fernández dan Miguel Oliveira, dan tidak sekadar menjadi inkubator bagi tim pabrikan.

Brivio juga mengkritisi pabrikan Jepang yang menurutnya “telah tertidur” dan tidak cukup cepat menyesuaikan dengan inovasi yang dibutuhkan untuk bersaing di MotoGP modern. Ini menegaskan posisi Trackhouse dan Aprilia sebagai entitas yang inovatif dan siap beradaptasi dengan dinamika balap yang selalu berubah.

Wawancara ini tak hanya menyingkap tentang kembalinya Brivio ke MotoGP, namun juga memberikan wawasan mendalam tentang cara dunia balap mengadaptasi inovasi untuk meningkatkan persaingan dan spektakel secara keseluruhan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version