Apakah Hukuman Larangan Balapan untuk Magnussen Terlalu Berat?

Kevin Magnussen menghadapi ketidakpuasan setelah dijatuhi hukuman larangan balapan satu race di Grand Prix Azerbaijan menyusul insiden minor dengan Pierre Gasly di Grand Prix Italia. Insiden tersebut menimbulkan perdebatan mengenai apakah hukuman yang diterimanya terlalu berat.

Pada balapan di Italia, Magnussen terlibat kontak roda-ke-roda dengan Gasly saat mencoba menyalip di chicane Turn 4-5. Gasly memilih jalur keluar untuk menghindari benturan lebih keras dalam perebutan posisi ke-14. Akibatnya, Magnussen tidak hanya diberikan penalti 10 detik tetapi juga dua poin penalti pada superlicensinya, yang membawa total poinnya menjadi 12 dan otomatis memicu larangan balapan.

Meskipun sistem poin superlicensi 12 poin untuk larangan balapan dirancang untuk menghukum perilaku berkendara berbahaya secara konsisten, penerapannya sering kali bergantung pada keputusan para steward yang dapat dianggap tidak konsisten. Kasus Magnussen menunjukkan ketidakpastian ini, terutama jika dibandingkan dengan insiden lain di balapan yang sama.

Sebagai contoh, Nico Hulkenberg juga menerima penalti 10 detik dan dua poin penalti setelah insiden dengan Yuki Tsunoda, sementara Magnussen sendiri mendapatkan dua poin untuk insiden dengan Logan Sargeant di Miami. Namun, perbandingan ini menunjukkan bahwa insiden Magnussen dengan Gasly relatif ringan.

Magnussen sendiri merasa bingung dengan keputusan tersebut. Dia mencatat insiden lain seperti yang melibatkan Daniel Ricciardo dan Nico Hulkenberg, di mana Ricciardo mendorong Hulkenberg ke rumput dengan kecepatan tinggi namun hanya mendapatkan penalti lima detik. “Saya benar-benar bingung. Saya dan Gasly bersaing ketat di Turn 4. Kami mengalami sedikit kontak, tetapi tidak ada kerusakan dan tidak berdampak besar pada balapan. Saya mendapatkan penalti 10 detik,” kata Magnussen. “Sementara pada lap pertama, Ricciardo mendorong Nico ke rumput dengan kecepatan 300 km/jam, merusak balapan Nico, dan dia hanya mendapatkan penalti lima detik. Di mana logikanya?”

Gasly pun merasa penalti tersebut tidak proporsional. “Saya sedikit terkejut dengan penalti 10 detik itu karena kami hanya bersentuhan roda dan saya tidak kehilangan waktu. Ini terasa tidak adil,” ujar Gasly. Dia bahkan bersedia untuk mendukung Magnussen jika ada kesempatan.

Tidak ada ketentuan bagi seorang pembalap untuk mencapai 12 poin penalti tanpa mendapatkan larangan, dan tidak seharusnya ada. Semua pembalap harus menghadapi risiko tersebut secara konsisten. Namun, kejadian ini menimbulkan keheranan mengapa insiden yang terbilang minor harus memaksa Magnussen untuk absen di Baku, terasa seperti sentuhan biasa tanpa dampak besar.

Para steward berusaha tidak melihat hasil akhir dari insiden, tetapi lebih pada apakah pengemudi kehilangan kendali dan membuat kontak. Dalam konteks ini, banyak faktor dapat membuat insiden ini menjadi area abu-abu, dan mungkin pada hari yang berbeda, itu bisa dianggap sebagai insiden balapan biasa.

Namun, Magnussen harus menunggu hingga balapan di Singapura untuk membersihkan catatan poinnya, sementara pertanyaan mengenai keadilan hukuman tetap menjadi perdebatan di kalangan penggemar dan pengamat F1.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version