Marc Marquez mengungkapkan bahwa tekanan yang dia rasakan di tim Gresini tidak kalah dengan yang dia alami di Honda. Menurutnya, tim satelit Ducati ini memiliki ambisi yang sama dengan tim besar rivalnya di MotoGP.
Setelah 11 tahun bersama tim Repsol Honda yang membawanya meraih enam gelar juara, Marquez memutuskan untuk mencoba tantangan baru dengan bergabung bersama tim Gresini yang menggunakan motor Ducati Desmosedici GP.
Tim Italia ini, yang dikelola oleh keluarga Gresini, memiliki gaya operasi yang berbeda dengan Honda yang lebih korporat. Hal ini menciptakan lingkungan yang lebih nyaman bagi Marquez setelah satu dekade bekerja di tim pabrik.
Meskipun begitu, Marquez merasa bahwa tekanan untuk tampil dan meraih hasil yang baik di tim Gresini sama besarnya dengan di tim pabrikan.
“Tekanannya sama, karena para pembalap senang saat naik podium, tim senang saat naik podium, dan itu adalah target dari tim ini,” ungkapnya.
Meskipun terdapat perbedaan dalam cara tim Gresini dan Honda beroperasi, Marquez menyatakan bahwa ambisi mereka tetap sama, yaitu bertarung untuk meraih hasil terbaik.
“Saya selalu mengatakan atmosfer yang baik di dalam tim akan sangat membantu. Tapi di tim Repsol Honda, atmosfernya benar. Tapi, tentu saja, budayanya berbeda antara Jepang dan Italia, Spanyol, dan Amerika Serikat. Setiap atmosfer akan baik jika hasilnya bagus.”
Pada Grand Prix Portugal, Marquez berhasil meraih podium pertamanya bersama Ducati saat balapan sprint, naik dari posisi kedelapan ke P2. Meskipun demikian, hasil lima besar gagal diraihnya setelah terlibat dalam tabrakan kontroversial dengan rekan setimnya di Ducati, Francesco Bagnaia. Meskipun dianggap sebagai insiden balapan, Marquez menimpakan kesalahan kepada Bagnaia.