David Alonso, pembalap asal Kolombia yang mencetak kejutan di kelas Moto3, berbagi kisah perjalanannya dalam mencapai Kejuaraan Dunia. Meskipun meraih posisi ketiga secara keseluruhan dengan total 245 poin, perjalanan Alonso tidaklah mudah dan penuh dengan pengorbanan.
Dalam sebuah wawancara di podcast ‘Más que deportista’, Alonso mengungkapkan kesulitan serta pengorbanan yang dialami keluarganya agar dia bisa mengejar mimpinya. “Kamu kehilangan sebagian masa kecil, dan itu adalah salah satu pengorbanan yang harus kamu lakukan. Karena kamu selalu berlatih, dan kemudian kamu juga harus belajar,” ujarnya.
Alonso juga mengungkapkan aturan di rumahnya yang memprioritaskan pendidikan. “Saya harus memperoleh nilai yang baik di sekolah atau tidak akan ada sepeda motor. Jadi, yang pertama adalah sekolah, baru kemudian sepeda motor.” Meski begitu, dia menyatakan bahwa pengorbanan ini dilakukan “dengan senang hati” karena dia berjuang untuk mewujudkan impian.
Sejak kecil, Alonso sudah memiliki tekad untuk menjadi pembalap MotoGP. “Saya sangat termotivasi. Saya melihat Márquez dan semua orang ini dan berkata, ‘Saya ingin menjadi seperti mereka’. Dan orangtua saya menanamkan nilai-nilai itu pada saya, menghargai usaha yang mereka lakukan,” katanya.
Pembalap muda ini juga mengungkapkan beberapa pengorbanan yang tidak menyenangkan, seperti ketiadaan pemanas selama empat tahun terakhir di rumah mereka. Meskipun menghadapi kendala finansial, Alonso berhasil menembus dunia balap motor dan mencapai kelas Moto3.
Alonso menyoroti peran besar tim Aspar dalam perjalanannya. “Dalam kasus saya, tim Aspar tertarik padaku. Jadi, berkat mereka, saya bisa sampai ke Kejuaraan Dunia. Saya tidak memiliki sponsor utama sampai sekarang saya di Kejuaraan Dunia; tetapi tim membantu saya agar semuanya lebih terjangkau,” jelasnya.
Dengan perjuangan dan pengorbanan tersebut, David Alonso membuktikan bahwa keinginan dan tekad yang kuat dapat membawa seseorang menuju puncak dalam dunia balap motor.
