Dalam wawancara mendalam di kanal YouTube Jordi Wild, Jorge Lorenzo membuka beberapa hal penting tentang rivalitasnya dengan Valentino Rossi selama mereka bersama di Yamaha.
Lorenzo, yang memiliki karier yang panjang dan sukses di MotoGP, tidak ragu-ragu dalam berbicara tentang dinamika internal yang menegangkan dan persaingan dengan Rossi.
Menurut Lorenzo, keputusan Rossi untuk pindah ke Ducati pada akhir tahun 2010 didorong oleh rasa cemburu dan kebanggaan. “Ketika saya memenangkan kejuaraan dunia pertama saya di tahun 2010, Rossi merasa cemburu dan memberi ultimatum kepada Yamaha, ‘pilih antara saya atau Lorenzo’,” ungkap Lorenzo. Yamaha, yang dibuat dalam posisi sulit, memilih untuk tetap bersama Lorenzo, yang pada saat itu adalah juara dunia.
“Dengan perasaan bangga, Rossi kemudian memilih untuk pindah ke Ducati, di mana dia mengalami dua tahun yang sangat mengecewakan,” lanjut Lorenzo. Masa-masa sulit Rossi dengan Ducati mencerminkan kesulitan adaptasi dengan motor yang sama sekali berbeda dari Yamaha, yang selaras dengan gaya balapnya.
Setelah periode mengecewakan tersebut, Rossi kembali ke Yamaha dengan syarat yang mengharuskannya mengakui bahwa ia bukan lagi pembalap nomor satu di tim — suatu posisi yang sudah diambil alih oleh Lorenzo. “Dia kembali dengan upah yang jauh lebih rendah dan secara terbuka mengakui bahwa dia adalah pembalap kedua di tim, bahwa saya adalah juara dua kali dunia dan dia datang untuk belajar dari saya,” kata Lorenzo.
Meski akhirnya hubungan antara Rossi dan Lorenzo berubah menjadi lebih baik, dengan keduanya memiliki kontrol yang seimbang terhadap tim, Lorenzo mengakui bahwa hubungan mereka kembali memburuk seiring waktu. Namun, sekarang setelah keduanya pensiun dari kejuaraan aktif, tampaknya ada usaha untuk mendekatkan hubungan di luar lintasan. “Sekarang setelah kami pensiun, dia telah mengundang saya ke ranch-nya… Jauh lebih baik,” ungkap Lorenzo.
Wawancara ini tidak hanya memberi wawasan tentang hubungan antar pembalap di dalam tim yang sama, tetapi juga tentang tekanan dan emosi yang terlibat dalam olahraga balap motor di tingkat tertinggi. Lorenzo menuturkan bagaimana tekanan dari ayahnya dan pengalaman yang intens di MotoGP membentuk kariernya, serta keinginannya untuk memperbaiki hubungan mereka sekarang sebagai prioritas personal setelah pensiun dari balapan.